12 April 2007

Bekerja Ibadah, Berprestasi Indah


وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (Qs Al-taubah : 105).


A. Pendahuluan

Hampir disetiap sudut kehidupan kita akan menyaksikan begitu banyak orang yang bekerja. Para selesman yang hilir mudik mendatangi toko dan rumah-rumah, para guru yang tekun berdiri di depan kelas, polisi yang mengatur lalu-lintas dalam selingan hujan dan panas terik, serta segudang profesi lainnya. Semuanya melakukan kegiatan (aktivitas), tetapi lihatlah bahwa dalam setiap aktivitasnya itu ada sesuatu yang dikejar, ada tujuan serta usaha (ikhtiar) yang sangat sungguh-sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya tersebut mempunyai arti. Walaupun demikian tidaklah semua aktivitas manusia dapat dikategorikan sebagai bentuk pekerjaan karena didalam makna pekerjaan terkandung tiga aspek yang harus dipenuhinya secara nalar yaitu sebagai berikut :

Pertama, aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan sekedar mencari uang, tetapi ingin mengaktualisasikannya secara optimal dan memiliki nilai transendantal yang sangat luhur. Baginya bekerja itu adalah ibadah, sebuah upaya untuk menunjukan perfomance hidupnya dihadapan illahi;bekerja seoptimal mungkin semata-mata karena merasa ada panggilan untuk memperoleh ridha Allah. Karena itu sangat mustahil seorang muslim yang mengaku dirinya sebagai wakil Allah mengabaikan makna keterpanggilannya untuk bekerja dengan sempurna.

Kedua, apa yang dia lakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang direncanakan. Karenanya, terkandung didalamnya suatu gairah, semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasan dan manfaat. Apa yang dilakukannya memiliki alasan-alasan untuk mencapai arah dan tujuan yang luhur yang secara dinamis memberikan makna bagi diri dan lingkungannya sebagaimana misi dirinya yang harus menjadi rahmat bagi alam semesta.

Ketiga, apa yang dia lakukan hanya semata-mata mencari ridha Allah dan menjadikan dirinya penuh arti dimana setiap langkah dan kerjanya dilaksanakan secara continue dan tak pernah mengenal kata menyerah.

B. Makna Bekerja

Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan didalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT. Bekerja dikatakan sebagai aktivitas dinamis mempunyai makna bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan seorang muslim harus penuh dengan tantangan (challenging), tidak monoton, dan selalu berupaya untuk mencari terobosan-terobosan baru (innovative) dan tidak pernah merasa puas dalam berbuat kebaikan. Ada semacam gedoran dihatinya untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya. Jiwanya gelisah bila berada dalam posisi yang mandek (statis). Jiwanya merintih apabila setiap waktu tidak ada perubahan yang bermanfaat. Inilah yang dimaksudkan sebagai semangat perubahan tersebut (spirit of change). Ibarat meneguk air laut kian diteguk terasa kian haus pula rasanya. Islam adalah Dien yang bergerak dinamis penuh energi tidak pernah mengenal kamus berhenti dalam berbuat kebaikan, menggapai prestasi illahiah karena tempat perhentian seperti itu hanyalah kelak di perkuburan sepi, dimana diri kita terasa kaku dan beku terbujur sendirian.

Disisi lain, makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh seorang tukang kayu dia menabang pohon, menggergaji, menghampelas, kemudian membentuk potongan menjadi sesuatu yang menakjubkan dalam bentuk ukiran, meja, lemari, atau kerajinan lainnya. Pada saat dia memandang pohon itu tergambarlah tujuan tertentu dalam hatinya (apakah ingin membuat meja atau kursi) dan kemudian dengan dorongan (motivasi jihad), gambaran tersebut dia aktualisasikan dalam bentuk kerja.

Secara lebih hakiki, bekerja bagi seorang mu’min merupakan ibadah bukti pengabdian dan rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan illahi agar mampu menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi diciptakan sebagai ujian bagi mereka yang memiliki etos yang terbaik. Sesuai firman Allah berikut :

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الأرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.(Qs Al-kahfi : 7)

Ayat ini telah mengetuk hati setiap pribadi muslim untuk mengaktualisaikan etos kerja dalam bentuk mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang tinggi. Mereka sadar bahwa Allah menguji dirinya unyuk menjadi manusia yang memiliki amal atau perbuatan yang terbaik, bahkan merekapun sadar bahwa persyaratan untuk bisa berjumpa dengan Allah hanyalah dengan berbuat amal-amal yang prestatif, sebagaimana firmannya :

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Tampaklah dengan semagat transparant bahwa bekerja memberikan makna “keberadaan dirinya dihadapan Illahi” dia bekerja secara optimal dan bebas dari segala belenggu atau tirani dengan cara tidak mau terikat atau bertuhankan sesuatu apapun kecuali Allah. Dalam pengertian ini seorang muslim menjadi seorang yang kreatif. Mereka mau melakukan eksplorasi, sepertinya ada semacam “kegilaan” untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang terbaik (the best of human). Hal ini karena dia sadar bahwa bumi dihamparkan bukan sekedar tempat dia menumpang hidup melainkan justru untuk diolahnya sedemikian rupa untuk menggapai kehidupan yang lebih baik.


C. Kesimpulan

Kepribadian muslim adalah keperibadian yang gagah berani dan kuat, bahkan setiap saat dia sisipkan doanya untuk memohon kekuatan yang mampu menolong dirinya. Kekuatan hanya akan berjodoh dengan keberanian, sedangkan kelemahan hanya akan bersanding dengan mereka yang berjiwa lemah dan pemalas. Dengan kata lain yang dimaksudkan dengan bekerja adalah upaya untuk mengisi kualitas hidup islami, yaitu lingkungan kehidupan yang dilahirkan dari semangat tauhid, yang dijabarkan dalam bentuk amal prestatif (amal shaleh) yang berbalut keberanian, ketangguhan, ketabahan, dan kesungguhan. Mengingat amal shaleh tersebut harus aktual, jelas, dan tampak didalam semangat diri pribadi muslim tersebut terkandung motivasi, arah, rasa, dan rasio yang seluruhntya itu dimanifestasikan dalam bentuk tindakan (action) dari semua itu kita dapat meringkasnya dalam rumus sebagai berikut :

KHI = T,AS (M.A.R.A)

KHI = Kualitas hidup islami
T = Tauhid
AS = Amal Shaleh
M = Motivasi
A = Arah Tujuan (Hope, Goal, Objectives)
R = Rasa dan rasio (pikir dan zikir, head and heart)
A = Action (Hand and Hard working)

Dari rumusan ini, tampak bahwa etos kerja mu’min itu dapat didefinisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.

Selain itu makna bekerja bagi seorang mu’min adalah melahirkan sikap mental yang dinamis, bergerak untuk menghasilkan prestasi (karya) dimuka bumi ini. Dengan etos kerjanya itu mereka selalu siap untuk melontarkan sebuah jawaban, “inilah pekerjaan dan prestasiku” semoga apa yang kuperbuat memberikan nilai sebagai rahmatan lil’alamiin dan semoga Allah mencatat sebagai amal shaleh. Karena dengan mengharap amal shaleh diri kita akan lebih optimis dalam menjalani hidup ini. Allah berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”.

Penghargaan Islam atas hasil karya dan upaya manusia untuk bekerja ditempatkan pada dimensi yang setara setelah iman, bahkan bekerja dapat menjadikan jaminan diampuninya dosa-dosa manusia, sebagai mana sabda rasulullah :

“Barang siapa yang diwaktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja berkarya dengan tangannya sendiri maka diwaktu sore itu pulalah ia terampuni dosanya. “
(Hr Thabrani dan Baihaqi)

Dan dari semuanya itu bisa kita simpulkan bahwa :

1. Bekerja itu adalah ibadah dan amanah yang akan melahirkan amal shaleh, dan Allah sangat mencintai orang-orang yang bekerja.
2. Menumbuhkan gerak kreativitas untuk mengembangkan dan memperkaya serta memperluas bidang pekerjaannya. Dengan cara ini maka mereka akan merasakan bahwa dengan mengembangkan pekerjaannya akan tumbuh berbagai kegiatan dan tantangan lain, yang berarti menunjukan bertambahnya amanah Allah pada dirinya.
3. Ada semacam rasa malu hati yang mendalam (budaya malu) bila pekerjaannya tidak dilaksanakan dengan baik karena hal ini berarti sebuah pengkhianatan terhadap amanah Allah
4. Bekerja menurut konsep Islam adalah segala yang dilakukan oleh manusia yang meliputi kerja untuk dunia dan kerja untuk akhirat.
5. Kerja adalah asas penilaian manusia dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya sebagai khalifah Allah dan hamba-Nya untuk memakmurkan bumi ini dan sekaligus pula beribadat kepada Allah, Tuhan Pencipta alam.

Dengan berfikir seperti ini setiap pribadi muslim adalah tipikal manusia yang terus meronta, gelisah, dan berfikir keras untuk secara dinamis mencari terobosan, inovasi, serta aktivitas yang penuh arti dalam bentuk dinamika kreativitas yang terus mengalir tak pernah mengenal lelah. Tentunya dalam rangka menjalankan tugas suci mentegakan li’ilaikalimatillah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar