13 Maret 2007

The Best Of Human

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Qs Al-Imran : 110)

A. PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap manusia bisa menjadi yang terbaik bagi dirinya apapun latar belakangnya, status sosial maupun ekonomi . Namun mengapa masih banyak manusia bahkan lebih dari lima puluh persen dari jumlah manusia di dunia yang tidak merasa demikian. Lalu dimana letak kesalahannya? Apakah semua itu sudah suratan takdir alias Nasib? Seandainya benar, apakah kita yakin kalau Allah menginginkan manusia yang notabene ciptaanNya yang paling sempurna ini menjadi sengsara dan merana. Tentu saja tidak. Hal ini bisa dibuktikan dengan kelebihan-kelebihan yang dianugerahi oleh Sang Pencipta kepada makhluk ciptaanNya yang disebut Manusia.

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk ciptaan lainnya. Selain dikarunia dengan bentuk tubuh yang fungsional, susunan tulang dan otot yang dapat memungkinkan untuk melakukan gerakan yang berbeda-beda, manusia masih dikarunia sebuah otak yang super canggih yang dapat mengontrol denyut jantung kita sampai dengan 100.000 kali/hari dan mampu mengatur kinerja memompa 25 000 liter darah melalui pembuluh darah yang panjangnya kalau dihubungkan dari ujung ke ujung panjangnya mencapai 100,000 km dan ini sama dengan panjang 2 kali bumi apabila ditarik garis lurus mengitari garis khatulistiwa. Itupun hanya sebagian kecil dari kemampuan otak kita dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya uraikan. Sungguh luar biasa apa yang mampu dilakukan oleh otak kita yang beratnya hanya 1.5 kg. Semua itu pula diatur dengan sendirinya oleh otak tanpa harus dipantau oleh si pemilik otak. Sungguh menakjubkan!

Selain itu kelebihan manusia dibandingkan makhluk Allah lainnya adalah diberikannya akal dan pikiran. Dimana dengan kedua hal tersebut manusia mampu menciptakan sesuatu yang hari ini belum pernah terpikirkan contohnya Kemampuan manusia yang mampu menciptakan peralatan teknologi yang begitu bermanfaat semisal handphone, komputer, PDA, dan yang lainnya. Atau bahkan karya manusia yang paling melegenda adalah 7 keajaiban dunia yang hari ini terus diabadikan.maka untuk itu anugrah akal dan pikiran yang telah diberikan Allah kepada kita harus kita syukuri dengan cara mempergunakan dan mengembangkan kemampuan (potensi) keduanya secara maksimal dan seimbang khususnya dalam rangka memperjuangkan tugas suci mentegakan li’ilahi kalimatillah dimuka bumi ini.

B.KERANGKA PEMIKIRAN

Al-qur’an diturunkan untuk manusia,dan manusia di ciptakan untuk berqur’an dimana sumber dari segala ilmu adalah al-qur’an yang di dalamnya terdapat berbagai aspek keilmuan seperti iptek, art, syariat, dan yang lainnya. Yang tentunya semua itu harus digali dan dikembangkan sehingga nantinya manusia mampu membuat karya terbaik yaitu karya yang mampu menjadikan rahmat bagi semesta alam.

Disisi lain seorang mu’min untuk bisa menjadi yang terbaik adalah mempunyai konsep diri yang mencakup cita dan harga diri serta kebermaknaan hidup. Citra ini harus terpantul pada lingkungan kehidupan sehingga setiap pribadi muslim menjadi bunga-bunga yang semerbak yang memberikan kedamaian dengan akhlak, ilmu, dan karya nyata (amal-amal yang prestatif) Dimana kesemuanya itu tiada lain untuk menjadikan hidup lebih bermakna dan bisa bermakna manakala punya tujuan yang tiada lain adalah menggapai mardhatillah (ridha Allah) di muka bumi ini.

C. KARAKTERISTIK

"Karakter adalah kekuatan untuk bertahan dimasa sulit". Tentu saja yang dimaksud adalah karakter yang baik, solid, dan sudah teruji. Karakter yang baik diketahui melalui "Respon" yang benar ketika kita mengalami tekanan, tantangan & kesulitan.
Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan telah berbuahkan kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Tidak ada kualitas yang tidak diuji. Jadi jika ingin berkualitas, tidak ada cara yang lebih ampuh kecuali 'ujian'. Ujian bisa berupa tantangan, tekanan, kesulitan, penderitaan, hal-hal yang tidak kita sukai. Dan jika kita berhasil melewatinya, bukan hanya sekali tapi berkali-kali maka kita akan memiliki kualitas tersebut. Ada beberapa faktor yang menjadikan manusia terbaik tentunya menjadi terbaik di hadapan Allah Swt diantaranya:

1. Berdien Islam (Beriman, Berhijrah, dan Berjihad)

Tiga unsur diatas merupakan pondasi dasar bagi mu’min untuk menjadi manusia terbaik, karena dengan iman, hijrah, dan jihad kekuatan islam akan terus menyala baik secara syahsiah maupun secara sistem sehingga Islam akan mampu menerangi bumi ini dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

Landasan Ayat : Qs 3/19, Qs3/85, Qs 9/20, Qs 6/122, Qs 57/10

2.
Mampu memberi manfaat bagi orang lain

Seperti sabda nabi saw Manusia terbaik adalah Manusia yang membawa manfaat bagi orang lain.

3. Mampu Mensyukuri Ni’mat Allah

Begitu banyak nikmat Allah yang diberikan kepada manusia untuk disyukuri diantaranya nikmat akal dan rasa. Dengan 'akal ini manusia bisa menimbang, menganalisa, memahami, dan akhirnya membuat atau menentukan pilihan yang paling baik untuknya. Sedangkan dengan fasilitas rasa, manusia akan mampu meresapkan dan/atau menciptakan keindahan, menghayati dan/atau menggubah kesenian. Dengan mengembangkan ni'mat rasa, manusia akhirnya bisa menjadi pencinta kebenaran, keindahan atau kesucian, dan keadilan; bukan sekedar menjadi penuntut kebenaran (hak) dan ke'adilan.

Cara mensyukuri keduanya ialah dengan mempergunakan dan mengembangkan kemampuan (potensi) keduanya secara maksimal dan seimbang. Mensyukuri ni'mat 'akal berarti mengasahnya atau melatihnya untuk memecahkan masalah-masalah 'ilmu pengetahuan semahir-mahirnya. Mengasah rasa ialah dengan melatihnya menghadapi tantangan-tantangan hidup, mendidiknya menjadi cinta, bahkan rindu akan kebenaran dan ke'adilan, sehingga ia berani dan siap berkorban untuk Diennya.

Landasan Ayat : Qs 14/7, Qs 16/78, Qs 3/190-191, Qs 49/15


4. Mempunyai power of soul (kekuatan jiwa)

keseimbangan jiwa digambarkan oleh rasa ikhlas, sabar, tenang, tentram, dan damai. Sedangkan jiwa yang tidak seimbang adalah jiwa yang digambarkan oleh rasa marah, benci, malu, tidak percaya bahwa dirinya bisa atau tidak yakin memiliki potensi dan lain-lain. Untuk bisa menerapkan kekuatan jiwa tersebut kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan bersyukur atas ni’mat yang telah diberikannya.

Landasan Ayat : Qs 23/57-61, Qs 4/125, Qs 2/45, Qs, Qs 13/28

5. Mempunyai daya motivasi, inovasi, dan kreativitas yang tinggi dan tidak pernah menyerah pada suatu kondisi.

Keuletan merupakan modal yang sangat besar didalam menghadapi segala tantangan atau tekanan (pressure),sebab sejarah telah bayak membuktikan betapa banyak bangsa yang mempunyai sejarah pahit namun akhirnya dapat keluar dengan berbagai inovasi,dan kreativitas serta mampu memberikan prestasi bagi lingkungannya. Pribadi mu’min yang kreatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru dan asli sehingga diharapkannya hasil kinerja dapat dilaksanakan secara efisien tetapi efektif. Dan dalam bekerja mereka selalu membiasakan diri untuk berfikir dengan otak kanan atau divergen yaitu mencari alternatif-alternatif, melakukan kegiatan mental yang bersikap perenungan, mencari jawaban dan selalu ingin tahu atas segala sesuatu. Sesuai sabda rasulullah :“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”

Dalam hal ini seorang mu’min harus mempunyai sifat etos kerja mu’min diantaranya mereka orang yang kreatif, mereka memiliki harga diri, konsisten (istiqamah), mereka kecanduan belajar dan haus mencari ilmu, mereka kecanduan kejujuran, selalu memperkaya jaringan silaturahmi, memiliki insting bertanding (fastabiqul khairat), tangguh dan pantang menyerah, mereka tipe orang yang bertanggung jawab, memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki jiwa wiraswasta (Entrepreneurship), hidup berhemat dan efisien, memilki moralitas yang bersih, berorientasi pada masa depan dan produktivitas serta mereka memiliki semangat perubahan (sprit of change) dan pada jiwanya tertanam prinsip bekerja adalah ibadah dan berprestasi itu indah.

Landasan Ayat : Qs 8/45, Qs 13/11, Qs 29/69


D. KESIMPULAN

Manusia terbaik adalah manusia yang dapat mempersembahkan karya terbaik dalam hidupnya untuk kemaslahatan umat manusia. Mempersembahkan karya terbaik untuk kesejahteraan umat manusia dan alam semesta. Itulah "rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi seluruh alam". Sesuai firman Allah dalam Qs Al-Anbiya : 107

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Dan dalam setiap karyanya senantiasa dilandasi dengan semangat mardhatillah atau mencari keridhaan allah dimuka bumi ini karena, Ia yakin bahwa seluruh aktivitasnya harus dikonsentrasikan hanya untuk beribadah kepada Nya, Illa liya budun. Semuanya itu dikerjakannya dengan ihklas hanya untuk mendapatkan ridha-Nya untuk mencoba menggapai mardhatillah yang besarnya sebesar langit dan bumi, bahkan lebih besar lagi Allah berfirman :

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.(Qs 2 : 207)

Orang yang mendapatkan ridho Alloh SWT berarti dirinya telah menjadi manusia terbaik, baik dihadapan Allah karena dengan menjadi manusia terbaik berarti dia telah mendapatkan kebahagiaan hakiki yaitu kebahagiaan didunia dan akhirat. Dimana, kebahagiaan hakiki ialah sewaktu masuk al jannah, tempat dimana sungai mengalir dibawahnya dan kekal di dalamnya, tempat di mana manusia mendapatkan teman hidup yang suci berasal dari penghuni sorga. Namun kenikmatan jannati yang tak ada taranya ialah sewaktu manusia berkesempatan memandang wajah Allah Aja Wa Jala dan mempraktekannya dalam sebuah sistem yang hak yaitu berdien Islam dan di laksanakan secara konsisten dan sungguh-sungguh.

Disamping itu yang menjadikan manusia terbaik adalah karena keyakinan akan dirinya untuk bisa menjadi yang terbaik karena dia sadar bahwa kepercayaan diri merupakan setengah dari kemenangan dan sebaliknya orang pengecut adalah orang kalah sebelum bertanding. Misi seorang mu’min adalah menjadikan dirinya penuh arti dan sebagai gambaran atau refleksi dari misinya ini akan tampaklah kesungguhan dalam bekerja dan selalu berontak pada kebatilan karena dirinya ingin tampil sebagai bagian dari manusia yang terbaik (khairul ummah)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar