27 Januari 2007

Mutiara Hikmah


TUJUH KESUKARAN HIDUP


Nurani sang kekasih mulia, Muhammad al-Musthafa, membisikan hasratnya mendekap jiwa dengan cintanya yang putih, menggugah napas pengembara agar membebaskan dirinya dari penjara kebodohan dan ketertindasan. Dengan ingin tahu yang berkobar, kusimak mutiara cintanya agar aku berlindung kepada Ilahi dari keterpenjaraan dan ketertindasan itu. Kamara murid sejati memasukkan fatwa dalam denyut jantungnya tentang delapan kesukaran hidup berikut ini.

Tentang Rasa Bimbang

Berlindunglah kamu dari kebimbangan. Sikap jiwa tak menentu bagaikan asap yang dipermainkan angin, hanya berdesah halus, tetapi membuatmu menari-nari berlenggak lenggok, semakin tipis wujudmu, kemudian hilang tanpa diperhitungkan orang.
Kebimbanganmu telah memenjarakan jiwamu yang bebas. Kemerdekaanmu telah diinjak, dikoyak, dicabik, memaksamu terpururk bagaikan budak yang menari menurut musik orang lain. Bagaikan tetesan air di atas daun keladi. Berbilang waktu, dia bergoyang tanpa memberi arti.
Kebimbangan manutupi mata batin karena kegelapan yang pengap tanpa sedikit pun menghirup cahaya; gemuruh kekuatan darimu lindap karena kebodohanmu memandang dunia dengan jiwamu yang lemah.
Jika kebimbangan membelenggumu, tepis dan campakkan, karena engkau bukan budak waktu yang tiada menentu. Ikat erat-erat tali keyakinanmu, gelorakan keberanianmu karena engkau adalah dirimu sendiri, mutiara berbinar yang terselubung sampah keraguan.

Tentang Dukacita

Berlindunglah kamu dari segala bentuk dukacita berkepanjangan. Meratapi dan menghabiskan waktu dalam ketermanguan tak berujung. Kesedihan adalah kain selimut yang menutupi keceriaanmu, membuatmu terlelap dalam khayal, dan menjebakmu dengan dialog batin yang menambah batinmu semakin nyeri. Bila dukacita memenjarakan dirimu, usrilah dia sambil memasuki pintu air mata yang ratapannya meneteskan duka melebihi kesedihanmu, hibur dan besarkan hatinya sehingga kesedihanmu hilang karena dukacita mereka yang kau pupuskan.
Bila selendangmu kau basahkan dengan air dukacita yang mengucur dari kelopak mata orang ditimpa lara, masukilah gelora debu dunia yang menantangmu dengan gelak dan tawa. Kesedihan bukanlah dosa, tetapi hikmah yang akan membuatmu menjulang.
Tetapi, akan menjadi dosa ketika engkau menebarkan benih-benihnya, memelihara dan membanggakannya. Bila engkau menanam sedih, hanya dukacita dan kesengsaraan yang akan kau tuai. Bila kau tebarkan benih keceriaan penuh harap, niscaya kebahagiaan sedang menantikan jari jemarimu untuk memetiknya.

Tentang Perasaan Terhina

Dirimu merasa terhina karena dagumu berat untuk tengadah, jiwamu kerdil, nyalimu kecil. Penilaian atas dirimu sendiri, itulah yang dihitung orang. Kau terhina karena engkau sendiri yang menghinakan dirimu. Engkau adalah butiran pasir berserakan dan berhamburan menjadi debu walau angin mengusapmu lembut. Bila engkau batu padas yang kukuh, sang angin lelah berbelok arah.
Maka, berlindunglah kepada Ilahi karena jiwa terhina dan menghinakan adalah ulat-ulat beracun yang merontokkan dedaunan.

Tentang Kemalasan

Tiada kemalasan kecuali bila kau manjakan atau membanggakan kebodohanmu sendiri. berlindunglah kepada Ilahi dari perangkap kemalasan yang menjadi kelambu orang resah gelisah yang menebarkan berbagai ranjau maut di antara rerumputan. Kemalasan adalah pisau yang kau tebarkan dan tumbuh menjadi pedang kelewang yang akan menebas tiang kemuliaan. Ketika engkau terlena dengan impian, merajut khayalan di dekap rasa puas jiwa pecundang, ketahuilah berapa banyak orang yang meneteskan keringat dan air matanya untuk meraih puncak-puncak hidup yang cemerlang. Ketika engkau menyembunyikan dirimu di balik bantal dan selimut kemalasan, berapa banyak orang yang melemparkan segala rayuan kebodohan untuk menerima piala penghargaan.
Lantas, buah seperti aoa yang kau harapkan dari benih kemalasan yang kau taburkan? Kecuali penyesalan, air mata, dan kesempatan gemilang yang terbuang!

Tentang Sikap Bakhil

Kebakhilan adalah pintu yang terkunci sehingga jiwamu semakin kuyu layu karena tak mampu menerima cahaya mentari. Kebakhilan adalah sikap kiri-pelit yang membelit-belit urat kedermawanan dan menempatkan dirimu menjadi bintang yang tersembunyi di balik awan gemawan, tidak menjadi panduan para kalifah, tidak mempesonakan jiwa para pujangga. Keberadaanmu di langit sia-sia dalam kesendirian.
Berlindunglah kepada Ilahi yang dermawan dari bujukan sang bakhil yang menyesatkan. Kebakhilan adalah bentuk rendah diri dan keraguan menatap kebersamaan. Engkau akan terpelanting dari kumpulan saudaramu dan tidak memperoleh apapun kecuali kesepian!

Tentang Jiwa Pengecut

Lihatlah tapak perjalanan orang yang telah berlalu dari pendanganmu. Tentang kisah hilangnya peradaban bangsa dan keindahan ukiran serta pematungnya. Bangunan istana menjulang tinggal reruntuhan dan kebesaran mereka lindap tinggal kenangan karena jiwa yang pengecut. Jiwa pengecut adalah jiwa para budak setia yang kakinya dibelenggu dengan rantai yang terbuat dari benang halus yang rapuh. Tetapi, jiwa pengecut mambuatnya lemah, benang pengikat yang membelenggunya dianggapnya rantai baja yang kukuh.
Berlindunglah kepada Ilahi yang membebaskan manusia dari penjaara jiwa pengecut. Bila kau ragu dan takut, tengoklah kelepak burung mengejar mentari yang meninggalkan anaknya di sangkar dan menjelang kelam hari dia kembali menghibur anak-anaknya dengan serpihan biji-bijian.
Ketahuilah! Orang-orang pengecut menggelepar di peraduannya karena takut mentari akan segera menampakkan dirinya di remang fajar. Mereka lebih senang menjadi pembual yang menceritakan impiannya kepada bocah-bocah ingusan. Sedang di luar peraduannya, anak-anak dewasa pemberani telah tumbuh perkasa yang siap untuk menyeret para pengecut dari balik kelambunya.

Tentang Utang

Kesengsaraan yang paling nista adalah terbelitnya seseorang karena utang. Harga dirinya digerogoti, dan ketika dia tak mau membayarnya, dia terusir dari singgasananya dengan hanya membawa rasa pedih.
Kesukaran hidup karena belitan utang, bagaikan menempuh jalan yang menyibak semak belukar yang penuh duri, melintasi hutan dengan lelah dan meninggalkan bekas luka yang perih.
Berlindunglah kepada Ilahi dari utang betapa pun jumlahnya sedikit. Karena dia akan melilitmu bagaikan ular sanca yang menekan perlahan, tetapi mematikan. Belitan utang harta memeras seluruh waktumu yang berharga dan engkau tak mampu menikmati harumnya bunga-bunga. Jiwa orang yang terutang telah tergadai dan menjadi budak para majikannya. Harga diri orang yang berutang adalah debu-debu yang mudah berterbangan karena sepoi angin sekalipun.
Dan, sang Musthafa putra fajar yang abadi namanya memberi satu pustaka doa, seraya bersabda, “Baca dan renungkanlah doa harapan agar kamu mau berlindung kepada-Nya dari delapan kesengsaraan yang menyiksa manusia.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar