01 Februari 2007

Ilmu Pembersih Hati Dan Sumber Kekuatan


Ilmu Pembersih Hati dan sumber kekuatan

اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah Akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs Al-Mujadalah : 11)

A. Pendahuluan

Bekal dalam kehidupan ini adalah tidak berhenti untuk terus menerus mencari ilmu dan pengetahuan. Dunia semakin berwarna warni karena hasil ilmu pengetahuan manusia. Harta yang paling berharga bukanlah uang melainkan ilmu pengetahuan karena dengan ilmu dan pengetahuan segala sesuatu menjadi mudah. Ali bin Abi Thalib memberikan nasihat kepada Kumail bin Jiyad tentang ilmu “Wahai kumail, ilmu adalah lebih utama daripada harta. Ilmu menjagamu, sedangkan kau harus menjaga hartamu. Harta akan berkurang bila kau nafkahkan, sedangkan ilmu bertambah subur bila kau amalkan.

Semangat pencarian ilmu pengetahuan seharusnya melekat kepada mereka yang mengaku sebagai seorang muslim karena hanya dengan ilmu, kebenaran akan lebih mudah dipahami. Begitu besarnya harapan kita untuk mengisi kehidupan dengan ilmu karena salah satu nama Allah yang terbaik (asmau’l husna) adalah al-ilmu.

Menghadapi dunia yang semakin mengglobal dan memberikan dampak yang sangat besar pada peradaban umat manusia, umat ini hanya akan selamat bila di dalam sanubarinya ada semangat pencarian ilmu. Lihatlah dengan mata hati yang paling bening! Betapa mereka yang tidak memperoleh petunjuk ayat-ayat Qur’aniyah mampu menerjamahkan ayat-ayat kauniyah. Mereka menguasai perangkat dan persyaratan Allah, yaitu ilmu. Adalah kerahmananNya, bagi siapa pun yang memenuhi persyaratan objektif yang telah ditebarkan IlIahi, mereka pasti akan memetik hasilnya. Ada sebuah ungkapan, “Allah pasti akan menolong orang yang berilmu, jujur, dan adil walaupun kafir. Akan tetapi, Allah tidak akan menolong orang-orang yang bodoh, pembohong, dan zalim walaupun mereka mengaku Islam!.”

Penguasaan ilmu menyebabkan berkembangnya kemakmuran melalui berbagai inovasi dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Kecanggihan teknologi informasi, kreatifitas dalam penciptaan alat-alat transportasi, dan teknologi informasi, kreativitas dalam penciptaan alat-alat transportasi, dan pengembangan sumber daya manusianya menyebabkan mereka tampil sebagai “khairu ummah” yang selama ini kita sampaikan dalam setiap kesempatan dakwah. Mereka tidak memiliki kata khairu ummah, tetapi mereka mempunyai fakta untuk disebut dirinya sebagai “khairu ummah” yang tentu saja menurut ukuran mereka.

Begitu juga seorang pengusaha, mulai dari salesman sampai eksekutifnya hanya akan berhasil bila mereka menguasai ilmunya. Penegetahuan mereka akan strategi pemasaran, penguasaan teknologi, ilmu manajemen, dan kepemimpinan merupakan kata kunci keberhasilan dunia usaha mereka yang kemudian merambah ke seluruh pelosok dunia. Mereka menamakan dirinya sebagai multinational corporation (pengaruh globalisasi telah mengubah multinational menjadi transnational). Dengan ilmunya, mereka kembangkan berbagai produk. Sebagian dari keuntungan disisihkannya untuk program penelitian dan pengembangan (R & D = research and development) sehingga mereka benar-benar mampu mengendalikan konsumen. Bagi mereka, pengetahuan akan produk yang akan dijual menjadi salah satu hal yang paling fundamental karena mengetahui dan menguasai detail-detail dari produknya menyebabkan dia lebih mudah meyakinkan dan menjadi kekuatan daya jualnya kepada konsumennya (dan sekaligus menaikkan kredibilitas dirinya). Bahkan bisa saya katakan, untuk para salesman itu ada sebuah moto: Knowledge is a power. Product knowledge is selling power!

B. Apakah ilmu itu dan bagaimana ilmu yang bermanfaat itu ?

Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, "Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18] : 109)

Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air di tengah samudera luas. Kendatipun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya, niscaya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun! Akan tetapi, walaupun hanya "setetes" ilmu Allah yang dititipkan kepada mnusia, namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari. sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, niscaya kita akan mendapatkan manfaat darinya.

Apakah hakikat ilmu yang bermamfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermanfaat apabila mengandung mashlahat - memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, manfaat tersebut menjadi kecil artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan-Nya.

Oleh karena itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermanfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati." seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata, "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Sehingga dengan ilmunya itu menjadikan manusia yang dekat kepada Allah dan menjauhkan diri dari kesombongan. Karena kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur, dan sum'ah. Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh. Itu semua hanya karena sepersekian dari setetes ilmu yang kita miliki? Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah jua, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita. Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat lebih bertaqarub kepada-Nya.***

C. Bagaimana Cara kita memperoleh ilmu itu ?

Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya. "Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?" Sang guru menjawab, "Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih.

Artinya ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya. Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majelis-majelis ta'lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? itu dikarenakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat, maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati

Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. Walhasil, bila kita menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal shalih, maka usahakanlah ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah digunakan untuk menzhalimi sesama. Semakin hati bersih, kita akan semakin dipekakan oleh Allah untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermamfaat. darimana pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.

Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya. Karenanya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih, sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) Menjadi bermanfaat.Bila mendapat air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari tawas (kaporit) untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita harus mencari ilmu yang bisa menjadi "tawas"-nya supaya kalau hati sudah bening, ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa manfaat.

D. Bagaimana Sikap Kita ?

Setiap pribadi muslim dianjurkan untuk mampu membaca lingkungan mulai dari yang mikro (dirinya sendiri) sampai pada yang makro (universe) bahkan memasuki ruang yang lebih hakiki yaitu metafisik, falsafah keilmuan dengan menempatkan dirinya pada posisi sebagai subjek yang mampu berpikir radikal (radix artinya ‘akar’), yaitu mempertanyakan, menyangsikan, dan kemudian mengambil kesimpulan untuk memperkuat argumentasi keimanannya.
Seseorang yang mempunyai wawasan keilmuan tidak pernah cepat menerima sesuatu sebagai taken for granted – karena sifat pribadinya yang kritis dan tak pernah mau menjadi kerbau yang jinak, yang hanya mau manut ke mana hidungnya ditarik.
Dia sadar bahwa dirinya tidak boleh ikut-ikutan tanpa pengetahuan karena seluruh potensi dirinya suatu saat akan diminta pertanggung jawaban dari Allah SWT (al-Isra : 36).
Begitu tergila-gilanya setiap pribadi muslim, sehingga tidak satu hari pun ia isi harinya tanpa keilmuan. Dan harap diingat bahwa gambaran seorang muslim terhadap ilmu bukanlah sebuah gambaran tentang laboratorium, meja, dan ruang kuliah belaka, sebab bagi dirinya di setiap sudut kehidupan ini selalu saja dia menemukan dasar dan bahan keilmuan yang hakiki.

Seorang mujahid adalah seorang yang haus dahaga untuk mencicipi ilmu karena dia sadar bahwa rasulullah mewajibkan kepada setiap muslimin dan muslimat untuk mencari dan menggali ilmu dari buaian sampai keliang lahat. Bahkan demi ilmu dia tidak peduli sejauh mana tempat yang harus dia tempuh walau ke negri cina sekalipun dan sifat kritis dan objektivitasnya pun menyebabkan dia tidak melihat siapa yang mengatakan selama yang dikatakannya adalah ilmu dan kebenaran dia akan timba dan resapkan walaupun orang yang mengatakannnya itu, kepalanya gundul kelimis, mukanya rumek, kulitnya gosong seperti orang gunung sekalipun”.
Lagi pula Allah, mempertanyakan kepada diri kita tentang kualitas dan kemuliaan manusia yang berilmu dan yang tidak berilmu itu tidak pernah akan sama (az-Zumar:9). Bahkan dia sadar bahwa Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu itu, lebih tinggi beberapa derajat daripada mereka yang tidak mempunyai gairah keilmuan (al-Mujaadilah:11).

Sikap orang berilmu adalah cara dirinya berhadapan dengan lingkungan. Dia kritis dan mampu melakukan analisis yang tajam terhadap segala fenomena yang berada di sekitarnya, sehingga dia tidak mudah terkecoh atau terjebak oleh gejala-gejala yang tidak didukung oleh persyaratan yang tepat dan benar (faktual) serta proporsional.

Sesungguhnya, bertebaran hadits yang mendorong setiap pribadi muslim untuk obsesif terhadap pemenuhan kebutuhan keilmuan ini. Seandainya sejak dini ditanamkan kepada kita semua bahwa orang yang berilmu itu mulia serta mau menyimak betapa pencapaian ilmu yang pernah diraih oleh para pendahulu kita, niscaya kita akan bertambah khusyu untuk menggali ilmu sebagai citra diri seorang mujahid.

Simaklah beberapa hadits di bawah ini dan resapkan dengan penuh kesungguhan, kemudian hujamkan dalam ingatan bahwa tidak pantas seorang muslimin itu menjadi orang yang bodoh karena buta hatinya untuk menerima ilmu dan hikmah, padahal betapa besarnya penghargaan dan reward (pahala) yang diberikan Allah kepada mereka yang haus dengan ilmu ini, sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan jalannya untuk menuju surga. Bahwasanya malaikat itu semua meletakkan naungan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena rela terhadap apa yang dilakukannya......
”(HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

“Barangsiapa yang keluar untuk menuntut satu bab dari ilmu pengetahuan, ia telah berjalan fi sabilillah sampai ia kembali ke rumahnya.” (HR Tirmidzi dari Anas r.a.)


E. Kesimpulan

"Sumber dari segala macam bencana dan kutukan terhadap umat manusia adalah kebodohan dan ketidakmengertian. Sumber dari tercipnayna peradaban tinggi adalah masyarakat yang menghormati pendidikan dan memiliki ilmu pengetahuan"

Setiap Manusia mempunyai potensi dan kesempatan yang sama untuk bahagia dalam hidupnya. Walau ukuran kebahagiaan manusia tidak bisa disama ratakan, namun secara umum bisa dilihat dari kesuksesan yang diraih selama hidupnya. Kesuksesan tidak bisa didapat begitu saja, butuh perjuangan dan usaha keras. Salah satu yang harus dilakukan untuk mendapat kesuksesan ter - sebut adalah dengan belajar. Belajar, merupakan tugas, tanggung jawab dan panggilan pertama bagi tiap manusia. belajar, selain membuat pengetahuan yang kita miliki bertambah, kesempatan terbukanya pintu kesuksesan pun semakin lebar.

Lantas bagaimana caranya agar kesuksesan yang ingin dicapai dengan cara belajar tersebut, dapat mudah kita raih ?? Ada beberapa hal yang patut kita ingat, ketika kita sedang belajar untuk menuju kesuksesan yaitu? :

HASRAT KUAT

Belajar tanpa disertai oleh keinginan dan hasrat yang kuat untuk menuju sukses, tak akan berhasil. Karena segala seuatu (termasuk belajar) yang dilakukan tidak dengan sungguh-sungguh, hasil yang dicapaipun akan ala kadarnya. Bila kesuksesan merupakan salah satu proses yang ingin diraih untuk mencapai kebahagiaan, maka mulailah belajar sungguh-sungguh dengan hasrat kuat, keinginan dan harapan yang besar.
Selain keberhasilan tidak akan pernah singgah kepada orang-orang yang berhastar lemah dan tak punya kemauan, tidak bisa dipungkiri bahwa segala sesuatu hanya akan terjadi bila kita menginginkan itu terjadi Seperti kata pepatah "Siapa yang berpikir dia bisa, maka dia akan bisa menjadi siapapun yang dia inginkan" Ciptakan dan penuhi alam bawah sadar kita dengan hasrat yang kuat untuk meraih harapan.

BERANI BELAJAR

Semua orang pada dasarnya tidak tahu dan tidak mampu. Hanya orang- orang yang berani belajar yang akhirnya akan tahu dan mampu. Ada begitu banyak cara untuk belajar, baik melalui pengalaman diri sendiri pengalaman orang lain, buku-buku bacaan, perenungan, kursus ataupun pelatihan-pelatihan yang ada. Kita tinggal memilih cara belajar yang kita sukai. Namun harus dipastikan bahwa cara belajar yang dilakukan, bisa membuat kita lebih mengerti dan memahami banyak hal. Sehingga kita mampu melihat dan mengetahui bahwa ada banyak cara dan pilihan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
"Saya akan belajar, maka kesempatan akan datang" sunggu tepat apa yang dikatakanAbraham Lincoln tersebut Sebab tanpa belajar, maka segala kemungkinan menuju kesuksesan bisa hilang. Untuk menjadi siri yang selalu belajar (a becoming learling person) diperlukan keberanian dan ketabahan, yang berakibat terbukanya segala kemungkinan untuk kehidupan yang lebih baik.

BERANI BERUBAH
"Learning has not taken place, until behaviour has changed,: belajar tidak akan berarti apa-apa,sampai terjadi perubahan perilaku. Dengan belajar pengetahuan dan ketrampilan kita bertambah. Tetapi pengetahuan dan ketrampilan yang kita miliki tersebut tidak akan berarti apa-apa,jika ketrampilan yang kita miliki tersebut tidak sanggup merubah diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pengetahuan kita akan hemat tidak akan men- jadikan kita kaya kecuali kita berani berubah menjadi orang hemat dan mungkin akan kaya. Pengetahuan kita tentang kerja keras tak akan memberi manfaat, sampai kita berubah menjadi seorang pekerja keras dan meraih keberhasilan.

Setelah kita belajar, kita memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang hal-hal yang kita pelajari. Langkah berikutnya adalah bagaimana kita bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik, berdasarkan pengetahuan yang kita miliki. Perubahan itu mungkin terjadi begitu lambat. Bagi orang-orang tertentu hal itu mungkin menjadikannya frustasi sehingga proses belajarpun terhenti ditengah jalan, karena tidak merasa mendapatkan manfaat dari proses belajar. Namun perlu disadari bahwa jauh lebih sulit menerapkan apa yang kita ketahui, dibanding dengan proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan itu sendiri. Perubahan kearah lebih baik yang terjadi pada diri kita, walau berjalan secara perlahan, sedikit demi sedikit, hal itu akan sangat besar artinta bagi kesuksesan kita.

Teruslah belajar dan janganlah pernah menyerah, walau kegagalan bisa sewaktu-waktu menghampiri. Gagal bukan berarti mati, tapi gagal berarti ada banyak hal yang harus diperbaiki. Lupakan kata tidak mampu dan tidak mungkin, namun persiapkan fisik dan mental Anda untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar