Bersihkan IMAN dari
Penyakit Syirik
Sudah menjadi sunatullah seperti halnya ada siang ada malam, ada baik ada buruk ada Adam ada Iblis, demikian pula sampai hari ini ada iman dan ada syirik. Banyak di dapati orang berusaha dengan sengaja membuat iman agar semakin bertambah lemah bahkan lebih dari itu mereka berusaha dengan berbagai jalan agar nilai-nilai Islam, nur cahaya Islam redup, atau cahaya Islam pudar pada diri kita. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah sebagai berikut :
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai” (Qs At-taubah : 32)
Berbagai cara orang lakukan untuk meredupkan cahaya Islam, paling kurang orang berusaha mendangkalkan citra Islam. Dalam hal ini tidak heran jika setiap perjuangan memang mesti menghadapi ujian dan cobaan. Ketahui pula bahwa dalam mengarungi lautan hidup ini, manusia tak lepas dari percobaan dan ujian. Suka dan duka silih berganti, yang memang sudah menjadi romantika hidup. Tidak ada suatu perjuangan yang tidak menghadapi gangguan dan rintangan. Sudah menjadi ketetapan Allah setiap ada aksi tentu ada reaksi. Demikian pula iman, dimana ada iman, di sana muncul tantangan dan rintangan. Iman tidak akan hidup dan berkembang tanpa ada rintangan. Justru dengan adanya rintangan atau ujian tersebut Allah akan mengetahui siapa orang yang benar-benar beriman sesuai firmannya :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs Al-ankabut : 2-3)
Bahkan diayat lain Allah Berfirman :
“Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Qs Muhamad : 31)
Jadi dalam konteks ayat diatas sudah jelas bahwa yang menjadi kunci kita bisa bertahan adalah dengan cara sabar, dalam arti sabar disana bukan berarti diam tetapi terus berusaha/berproses dalam berjihad di jalan Allah serta tetap istiqamah/konsisten terhadap apa yang ia yakini (Madinah). karena seorang yang istiqamah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat semula yaitu mencapai mardhatillah karena tujuan hidup kita adalah mencapai ridha Allah baik di dunia maupun di akhirat . sesuai firman Allah dalam Qs Al-baqarah : 208
Dan dalam ayat lain Allah berfirman :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs At-taubah : 16)
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Qs Al-ankabut : 29)
Ayat tersebut memberikan nilai optimis yang harus menyugesti diri setiap pribadi muslim bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin (nothing imposible). Cara berfikir kita yang menentukan apakah sesuatu itu merah atau putih, bisa atau tidak bisa. Albert Einstein berkata : “The world we have
Sejarah perjuangan para nabi membuktikan kebenaran hal ini, di mana tampil Ibrahim penegak tauhid, di sana muncul Namrud mempertahankan syirik. Di kala datang Musa membawa ajaran tauhid/iman hanya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, di sana muncul Fir’aun membawa syirik dengan kepercayaan tukang-tukang sihirnya.
Demikian pula di Mekah tampil Muhammad SAW membawa panji iman, laillaha illallah, “tidak ada Tuhan selain Alla, ia na’bud illa Allah “tidak ada yang diabdi melainkan Allah”, munculah pula Abu Lahab dan Abu Jahal dengan ajaran syiriknya, penyembah berhala dan penyembah patung-patung yang dijadikan sesembahannya. Begitu pula seterusnya para penegak dan pejuang tauhid akan selalu berhadapan dengan pendukung syirik sampai zaman sekarang ini.
Tatkala mereka yang diajak untuk mengikuti apa yang diajarkan dan diberi tuntunan dari Allah, mereka menjawab, kami cukup menurut segala apa yang diajarkan dari nenek moyang kami. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 170.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".
Tidak ada seorang rasul atau pembawa risalah yang tidak menghadapi tantangan-tantangan di dalam menegakkan iman. Walaupun menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan, namun pendirian dan tujuan tidak berubah, tidak menjadikan lemah. Karena yakin bahwa dengan iman kepada Allah, adalah pangkal dari segala cahaya.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 257.
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Ketahuilah bahwa meningkatkan taqwa kepada Allah tidak bisa lepas dengan keimanan kepada-Nya. Karena pada dasarnya taqwa itu merupakan konsekuensinya dan perwujudan dari keimanan tersebut. Iman yang benar dan murni (bersih) akan menumbuhkan taqwa yang benar dan murni pula. Sebaliknya iman yang palsu akan menumbuhkan pula keliru dan palsu. Jadi iman dan takwa itu bagaikan satu kesatuan yang utuh sesuai hadist iman itu laksana telanjang, dan pakainnya adalah takwa.
Iman yang bersih dari syirik akan membawa ketentraman dan memperoleh hidayat dan petunjuk. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-An Am (6:82)
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Selama iman kita masih tercampur dengan syirik kepercayaan-kepercayaan selain dari Allah jangan harap akan memperoleh keamanan dan memperoleh petunjuk. Tiga belas tahun Rasullullah saw berjuang dengan segala suka dan duka menanamkan iman. Taat dan beribadah hanya kepada Allah semata dan jauhkan pengabdian kepada thagut.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa thagut itu adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah. At-Thabari dalam kitab tafsirnya menyatakan thagut itu ialah setiap yang sesat, yang durhaka kepada Allah, yang disembah baik ia berbentuk jenis manusia, berhala dan lainnya, baik secara paksa atau sukarela.
Di dalam “Mu’jam Al-Fazhil Qur’an” dikatakan bahwa thagut itu adalah setiap yang disembah selain Allah baik itu berupa syaithan, dukun, tokoh kejahatan atau arwah dan sebagainya. Sedangkan Abu A’ala Al Maududi dalam bukunya “Al-musthalah Al-Arba’ah Fi-Al-Qur’an” ialah setiap pemimpin yang durhaka kepada Allah dan tidak mengikuti kebenaran, kemudian menyuruh rakyat atau bawahannya supaya taat kepada ajarannya, baik secara paksa maupun sukarela, maka orang yang menyerah diri, mengabdi dan taat kepada penguasa, pemimpin yang fasiq tersebut berarti ia menyembah thagut.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah : 60
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi[424] dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
Seorang mu’min yakin bahwa Allah penolong dan pembelanya, dan percaya pula bahwa kekuatan Allah melebihi dari segala kekuatan yang ada di alam raya ini. Seorang mu’min tiada resah da gelisah, tidak merasa rendah diri dan bersedih hati karena mu’min adalah mempunyai kedudukan yang paling tinggi. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Imran :139.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Marilah kita usahakan agar iman kita bersih dari segala penyakit syirik, baik syirik kecil maupun syirik besar. Dalam salah satu hadist Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa atas kamu ialah syirik kecil. Bertanya para sahabat : Wahai Rasulullah apakah syirik kecil itu? Jawab Rasulullah SAW : Riya. Berfirman Allah Azza Wa Jalla pada hari qiamat. Dikala ia membalasi segala amalan para hambanya, pergilah kamu kepada orang-orang tempat kamu ber-riya di dunia, maka kamu saksikan sendiri, apakah kamu akan memperoleh balasan dari mereka? (H.R. Ahmad, Ibnu Abi Dunia dan Baihaqi).
Dosa lain masih dapat diampunkan, kecuali dosa syirik sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 48
Penyakit Syirik
Sudah menjadi sunatullah seperti halnya ada siang ada malam, ada baik ada buruk ada Adam ada Iblis, demikian pula sampai hari ini ada iman dan ada syirik. Banyak di dapati orang berusaha dengan sengaja membuat iman agar semakin bertambah lemah bahkan lebih dari itu mereka berusaha dengan berbagai jalan agar nilai-nilai Islam, nur cahaya Islam redup, atau cahaya Islam pudar pada diri kita. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah sebagai berikut :
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai” (Qs At-taubah : 32)
Berbagai cara orang lakukan untuk meredupkan cahaya Islam, paling kurang orang berusaha mendangkalkan citra Islam. Dalam hal ini tidak heran jika setiap perjuangan memang mesti menghadapi ujian dan cobaan. Ketahui pula bahwa dalam mengarungi lautan hidup ini, manusia tak lepas dari percobaan dan ujian. Suka dan duka silih berganti, yang memang sudah menjadi romantika hidup. Tidak ada suatu perjuangan yang tidak menghadapi gangguan dan rintangan. Sudah menjadi ketetapan Allah setiap ada aksi tentu ada reaksi. Demikian pula iman, dimana ada iman, di sana muncul tantangan dan rintangan. Iman tidak akan hidup dan berkembang tanpa ada rintangan. Justru dengan adanya rintangan atau ujian tersebut Allah akan mengetahui siapa orang yang benar-benar beriman sesuai firmannya :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs Al-ankabut : 2-3)
Bahkan diayat lain Allah Berfirman :
“Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Qs Muhamad : 31)
Jadi dalam konteks ayat diatas sudah jelas bahwa yang menjadi kunci kita bisa bertahan adalah dengan cara sabar, dalam arti sabar disana bukan berarti diam tetapi terus berusaha/berproses dalam berjihad di jalan Allah serta tetap istiqamah/konsisten terhadap apa yang ia yakini (Madinah). karena seorang yang istiqamah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat semula yaitu mencapai mardhatillah karena tujuan hidup kita adalah mencapai ridha Allah baik di dunia maupun di akhirat . sesuai firman Allah dalam Qs Al-baqarah : 208
Dan dalam ayat lain Allah berfirman :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs At-taubah : 16)
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Qs Al-ankabut : 29)
Ayat tersebut memberikan nilai optimis yang harus menyugesti diri setiap pribadi muslim bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin (nothing imposible). Cara berfikir kita yang menentukan apakah sesuatu itu merah atau putih, bisa atau tidak bisa. Albert Einstein berkata : “The world we have
Sejarah perjuangan para nabi membuktikan kebenaran hal ini, di mana tampil Ibrahim penegak tauhid, di sana muncul Namrud mempertahankan syirik. Di kala datang Musa membawa ajaran tauhid/iman hanya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, di sana muncul Fir’aun membawa syirik dengan kepercayaan tukang-tukang sihirnya.
Demikian pula di Mekah tampil Muhammad SAW membawa panji iman, laillaha illallah, “tidak ada Tuhan selain Alla, ia na’bud illa Allah “tidak ada yang diabdi melainkan Allah”, munculah pula Abu Lahab dan Abu Jahal dengan ajaran syiriknya, penyembah berhala dan penyembah patung-patung yang dijadikan sesembahannya. Begitu pula seterusnya para penegak dan pejuang tauhid akan selalu berhadapan dengan pendukung syirik sampai zaman sekarang ini.
Tatkala mereka yang diajak untuk mengikuti apa yang diajarkan dan diberi tuntunan dari Allah, mereka menjawab, kami cukup menurut segala apa yang diajarkan dari nenek moyang kami. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 170.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".
Tidak ada seorang rasul atau pembawa risalah yang tidak menghadapi tantangan-tantangan di dalam menegakkan iman. Walaupun menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan, namun pendirian dan tujuan tidak berubah, tidak menjadikan lemah. Karena yakin bahwa dengan iman kepada Allah, adalah pangkal dari segala cahaya.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 257.
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Ketahuilah bahwa meningkatkan taqwa kepada Allah tidak bisa lepas dengan keimanan kepada-Nya. Karena pada dasarnya taqwa itu merupakan konsekuensinya dan perwujudan dari keimanan tersebut. Iman yang benar dan murni (bersih) akan menumbuhkan taqwa yang benar dan murni pula. Sebaliknya iman yang palsu akan menumbuhkan pula keliru dan palsu. Jadi iman dan takwa itu bagaikan satu kesatuan yang utuh sesuai hadist iman itu laksana telanjang, dan pakainnya adalah takwa.
Iman yang bersih dari syirik akan membawa ketentraman dan memperoleh hidayat dan petunjuk. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-An Am (6:82)
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Selama iman kita masih tercampur dengan syirik kepercayaan-kepercayaan selain dari Allah jangan harap akan memperoleh keamanan dan memperoleh petunjuk. Tiga belas tahun Rasullullah saw berjuang dengan segala suka dan duka menanamkan iman. Taat dan beribadah hanya kepada Allah semata dan jauhkan pengabdian kepada thagut.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa thagut itu adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah. At-Thabari dalam kitab tafsirnya menyatakan thagut itu ialah setiap yang sesat, yang durhaka kepada Allah, yang disembah baik ia berbentuk jenis manusia, berhala dan lainnya, baik secara paksa atau sukarela.
Di dalam “Mu’jam Al-Fazhil Qur’an” dikatakan bahwa thagut itu adalah setiap yang disembah selain Allah baik itu berupa syaithan, dukun, tokoh kejahatan atau arwah dan sebagainya. Sedangkan Abu A’ala Al Maududi dalam bukunya “Al-musthalah Al-Arba’ah Fi-Al-Qur’an” ialah setiap pemimpin yang durhaka kepada Allah dan tidak mengikuti kebenaran, kemudian menyuruh rakyat atau bawahannya supaya taat kepada ajarannya, baik secara paksa maupun sukarela, maka orang yang menyerah diri, mengabdi dan taat kepada penguasa, pemimpin yang fasiq tersebut berarti ia menyembah thagut.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah : 60
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi[424] dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
Seorang mu’min yakin bahwa Allah penolong dan pembelanya, dan percaya pula bahwa kekuatan Allah melebihi dari segala kekuatan yang ada di alam raya ini. Seorang mu’min tiada resah da gelisah, tidak merasa rendah diri dan bersedih hati karena mu’min adalah mempunyai kedudukan yang paling tinggi. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Imran :139.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Marilah kita usahakan agar iman kita bersih dari segala penyakit syirik, baik syirik kecil maupun syirik besar. Dalam salah satu hadist Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa atas kamu ialah syirik kecil. Bertanya para sahabat : Wahai Rasulullah apakah syirik kecil itu? Jawab Rasulullah SAW : Riya. Berfirman Allah Azza Wa Jalla pada hari qiamat. Dikala ia membalasi segala amalan para hambanya, pergilah kamu kepada orang-orang tempat kamu ber-riya di dunia, maka kamu saksikan sendiri, apakah kamu akan memperoleh balasan dari mereka? (H.R. Ahmad, Ibnu Abi Dunia dan Baihaqi).
Dosa lain masih dapat diampunkan, kecuali dosa syirik sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 48
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
Maka hindarkanlah hasad, syirik dan dengki dalam menjalani kehidupan ini sehingga selalu tercipta hidup damai, bahagia sejahtera dan toleransi serta penuh keimanan yang siap melaksanakan aturan-aturan Allah di dalam semesta.
Penutup
Dari uraian diatas telah jelas diterangkan mengenai Iman dan Syirik maka dari itu kita perlu memahami makna yang terkandung dari iman itu sendiri. Setiap pribadi muslim harus meyakini bahwa nilai iman akan terasa kelezatannya apabila secara nyata dimanifestasikan dalam bentuk amal saleh atau tindakan kreatif dan prestatif. Iman merupakan energi batin yang memberi cahaya pelita untuk mewujudkan indentitas dirinya sebagai bagian dari umat yang terbaik, kuntum khaira uymmah, ukhrijat lin-naasi (Ali Imran : 104).
Karena itu, iman tidak cukup hanya diterjemahkan dengan “percaya atau yakin”, karena bila berhenti pada pengertian “percaya”, Iblis lebih percaya dan berpengalaman daripada kita. Iblis pernah berdialog dengan allah sekaligus menunjukkan pembangkangannya. Ketika Allah menyuruhnya untuk memberikan penghormatan kepada Adam a.s. dalam simbol bersujud, Iblis menantang dan membangkang perintah Allah tersebut (al-Isra : 61, Thaahaa: 116, al-Hijr : 33).
Agar kita tidak sama dengan Iblis, kata Iman harus kita terjemahkan lebih nyata. Harus kita denifisikan secara lebih spesifik. Iman berarti menempatkan diri secara merdeka, membebaskan diri dari segala belenggu ikatan kecuali mengikat diri dengan penuh cinta kepada Allah. Iman merupakan keberpihakan dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Itulah sebabnya, kalimat tauhid sebagai bentuk keimanan yang dinyatakan dalam pernyataan laa ilaaha illallah ‘tiada tuhan kecuali Allah’ merupakan bentuk pernyataan dinamis yang mempersetankan segala ilah kecuali hanya Allah. Kalimat tauhid tersebut diteruskan dengan kesaksian bahwa Muhammad adalah Rasulullah yang kemudian menjadi dasar utama yang mempengaruhi seluruh kehidupannya, jiwa raga, sikap, dan perilaku seorang muslim di mana pun mereka berada. sebagaimana Nabi pernah bersabda,
“Yang dinamakan iman itu ialah apabila kau meyakini di dalam hati, menyatakannya dengan lidah, dan melaksanakannya dengan perbuatan.” (al-Hadits)
Kiranya harus kita garis bawahi ucapan Rasulullah terakhir, yaitu melaksanakannya dengan perbuatan yang berarti ada gerakan aktif untuk mewujudkannya. Al-Qur’an sendiri mengukir kata aamanuu sebanyak 285 kali yang sebagian besar dirangkaikan dengan kata kerja ‘amiluush-shaalihat’ yang mengerjakan amal saleh’. Iman tanpa amal saleh adalah kebohongan!
Lebih dari itu, Allah memberikan isyarat bahwa mereka yang hanya berkata “aku beriman”, tetapi tidak konsekuen dalam perbuatannya termasuk dalam kategori yang sangat dimurkai Allah (kabura maqtan indallah [ash-Shaff : 3]).
Iman merupakan napas keberpihakan kepada Allah dan Rasul-Nya. Bentuk keberpihakan itu hanya dapat kita lihat dari segi amalnya. Iman dan amal bagaikan dua sisi mata uang yang satu mengesahkan yang lainnya. Iman merupakan fundamen dari segala bangunan yang akan didirikannya. Iman adalah wadah yang akan menampung segala isinya yang sesuai.
Lihatlah sebuah gelas! Bagaimana Anda menyebut gelas itu bila diisi dengan susu? Tentu saja akan akan disebut segelas susu. Bila susunya kita buang lalu diganti dengan racun, bagaimana Anda menyebut gelas tersebut? Pastilah segelas racun! Yang memberikan nilai atau nama tersebut ternyata adalah isinya. Betapapun gelas tersebut dibuat dari intan atau logam mulia, tetap saja dia akan disebut berdasarkan apa isinya. Kalau kosong tanpa isi, ya namanya pun disebut sebagai gelas kosong!
Walaupun gelas tersebut diberi merek International Quality, bila diisi dengan racun, ya tetap namanya segelas racun yang ditampung gelas yang bermerek international. Kalau begitu, mungkinkah ada seseorang yang mengaku muslim, tetapi perilakunya kafir?
Sadarlah sekarang bahwa iman adalah wadah, jasad adalah alat, perbuatan adalah isi! Iman dan Islam bukan sekedar knowledge atau pengetahuan. Kita tidak cukup hanya sampai pada batas “saya tahu”, tetapi harus diteruskan dengan “saya berbuat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar