Solusi Mengantar Generasi Melangkah Maju
Kemajuan suatu bangsa sangat ditunjang oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber Daya Manusia yang berkualitas itu hanya dapat diperoleh melalui sistem pendidikan yang baik yakni suatu sistem dimana terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan dan harus saling mendukung. Maka pendidikan tidak dapat berjalan sendiri melainkan harus melalui langkah yang berkesinambungan dalam rentang waktu yang tidak terbatas. Sehingga dapat menciptakan suatu peradaban yang agung, maju di bidang sains dan teknologinya serta mampu menciptakan kebudayaan luhur yang berdampak positif: mampu bersaing di tataran internasional.
Jika dilihat ke belakang, perjalanan pendidikan modern di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 100 tahun yang dimulai ketika Belanda menciptakan politik etis. Masa seratus tahun itu tentulah bukan waktu yang sebentar, tetapi kenyataannya sampai sekarang hasilnya belum optimal. Sumber Daya Manusia masih kalah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia maupun Thailand. Rendahnya SDM ini pastilah sangat berpengaruh terhadap mentalitasnya, terbukti dengan makin meningkatnya angka kriminalitas dan maraknya demontrasi yang acapkali dibarengi dengan kerusuhan.
Lalu pertanyaan yang mengemuka, bagaimana sebenarnya sejarah pendidikan kita selama 100 tahun itu bisa berdampak seperti sekarang dan bagaimana seharusnya pendidikan di Indonesia ini agar dapat menghasilkan Out put yang berkualitas sehingga makna pendidikan modern benar-benar tercermin dengan jelas?
Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda selama 3.5 abad. Penjajahan Belanda ini tentulah amat merugikan rakyat Indonesia karena sebagai bangsa kita tidak bisa menentukan nasibnya sendiri. namun ada satu nilai positif yang kita dapatkan dari pemerintah Belanda, negeri Ratu Yuliana inilah yang juga telah menjadi pelopor berkembangnya sistem pendidikan modern di Indonesia.
Sejarah Pendidikan di Indonesia
Pada awalnya rakyat Indonesia yang ingin menuntut ilmu hanya bisa belajar di surau-surau yang akhirnya berkembang menjadi pesantren, tempat para santri berkumpul, menginap, menerima pendidikan dan pengajaran. Bidang studi yang diajarkannya pun hanya terfokus pada pelajaran agama dan bahasa Arab dengan guru-guru yang selalu memberikan suri tauladan yang baik dalam mendidik. Bahasa pengantar yang digunakan pun masih bahasa Jawa atau Melayu. Di satu sisi pendidikan yang diterapkan saat itu sangat baik untuk membangun moral anak didik. Tetapi SDM yang dihasilkan akan sangat terbatas kualitasnya dan tidak akan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia.
Pola pendidikan ini terus berjalan, sampai kemudian kelompok liberal-para cendikiawan Belanda mencetuskan ide politik etis yang mencakup edukasi, iragasi dan transmigrasi. Merealisasikan dari tujuan edukasi, pemerintah Belanda mengadakan program pendidikan berjenjang dengan klasifikasi dari tingkat rendah, menengah dan tinggi. Pola itu menandakan pendidikan di Indonesia mulai terprogram dengan rapi. Dari sini lahirlah kalangan terpelajar yang memegang peranan penting bagi bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
Sayangnya, pada saat itu pendidikan hanya diperuntukan bagi orang-orang tertentu saja dan tidak bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Hanya anak-anak priyayi saja yang bisa merasakan nikmatnya pendidikan yang tujuannya hanya untuk menghasilkan tenaga terampil bagi kepentingan administrasi pemerintahan Belanda. Akibatnya selama setengah abad perjalanan pendidikan modern yang diterapkan Belanda itu sebagian besar bangsa kita masih buta aksara.
Anehnya, tanpa disadari hingga saat ini rakyat Indonesia masih menggunakan nilai-nilai pendidikan yang terprogram Belanda tersebut yaitu untuk menghasilkan tenaga kerja terampil sehingga setelah lulus bisa langsung mendapatkan pekerjaan. Bukan untuk meningkatkan SDM-nya yang dapat mengolah Sumber Daya Alam (SDA) dan mampu mengubah tatanan masyarakat sejajar dengan negara maju dan ini terjadi pada sebagian besar generasi kita.
Akibatnya SDM yang dihasilkan adalah SDM yang bobrok karena kurangnya kepedulian terhadap pendidikan. Secara garis besar, rakyat Indonesia hanya berpendapat bahwa belajar atau sekolah hanya untuk kerja, cari uang dan cari kekuasaan. Bahkan sekolah-sekolah yang terkenal elite pun hanya bervisi agar anak didiknya menjadi out put yang berkualitas dalam bekerja. Jika sekolah elite saja seperti itu, bagaimana dengan sekolah-sekolah yang kurang berkualitas baik fasilitasnya ataupun gurunya. Pastilah out put yang dihasilkan lebih parah.
Selain itu lingkungan pendidikan yang merupakan salah satu unsur pendidikan juga kurang mendukung kemajuan satu unsur pendidikan juga kurang mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. Sebagai contoh dalam pendidikan formal, seorang anak yang sekolah, mungkin sekolahnya kurang baik masih bisa diawasi selama masih berada di lingkungan sekolah. Tetapi apa yang terjadi setelah ia pulang? Lingkungan yang ada di sekitarnya belum tentu mencerminkan kebiasaan yang baik pada anak itu. Bahkan sekarang yang sering kita temui justru anak-anak broken home tentunya tidak mendapat pendidikan yang baik dari keluarganya yang akhirnya lari pada hal-hal yang melanggar peraturan, hukum bahkan susila.
Peranan Pemerintah Dalam Pendidikan
Melihat realita ini pemerintah harus mengambil kebijakan yang terbaik, dengan menentukan visi yang jelas untuk mengangkat derajat bangsa. Karena hanya generasi yang berkualitas yang bisa mengangkat derajat bangsanya. Generasi yang berkualitas adalah generasi yang berintelektual tinggi, berteknologi canggih, berjiwa besar dan berbudi pekerti luhur. Maka pemerintah harus bisa mengajak semua komponen bangsa bersatu untuk mencapai visi tersebut.
Selain itu pemerintah harus berani mengubah sistem pendidikan termasuk kurikulumnya, misalnya dengan cara memberikan otonomi pada setiap institusi pendidikan agar bisa menerapkan sistem yang mandiri, bebas dan terkontrol. Mandiri artinya setiap institusi pendidikan harus berusaha berlomba-lomba menciptakan sistem pendidikan yang terbaik agar terjadi persaingan yang sehat. Bebas berarti tidak lagi berpikiran sempit dan tidak dibatasi serta berani mencoba tantangan-tantangan baru atau bahkan mencoba membuat suatu gebrakan dengan penemuan-penemuan baru di bidang teknologi. Terkontrol artinya dengan tetap memperhatikan pendidikan moral dan tetap dalam pengawasan pemerintah.
Di bidang non formal (luar sekolah) pemerintah hendaknya berusaha mendidik masyarakat atau lingkungan agar berdisiplin, bermoral, cinta damai dan toleran. Dalam hal ini suri tauladan yang baik dari orang tua, pemimpin, pemuka agama, tokoh masyarakat dan bahkan pers amatlah diperlukan. Jadi, pendidikan moral tidak hanya menjadi materi pembelajaran di sekolah saja, tetapi benar-benar terealisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Artinya dengan berbagai permasalahan yang ada itu pendidikan yang semestinya diterapkan di Indonesia pada saat ini adalah pendidikan yang tepat zaman, dimana sistem, sarana, fasilitas, peran aktif seluruh pihak dan berhubungan dengan luar negeri berjalan baik agar derajat bangsa terangkat sehingga dapat turut serta dalam dunia persaingan internasional. Jika ini bisa direalisasikan, rasanya kita tak akan malu mengangkat wajah di dunia internasional.
Baca Juga

Tidak ada komentar:
Posting Komentar